Kisah Abah Guru Sekumpul Membagi Badan
PERISTIWA ini terjadi pada tahun 1993, malam Jum’at, ketika itu alfaqirmasih berusia 3 tahun.Malam itu kami bertamu ke Sekumpul Martapura, sambil bercerita tentang ulama-ulama dahulu kala. Alfaqir dibawa kakek alfaqir (H AbdusShamad), selain itu hadir juga (Alm) Guru Sufiannur(sepupu Abah Guru Sekumpul / keponakan Guru Semman Mulia), ada juga Habib Abu Bakar Al-Habsyi,ada juga guru Ibrahim, ada juga kakak H Mukhlis As,ada juga kakak H Sun’ani, ada juga guru Fadhlan dan H Leman(HA Sulaiman HB, pemilik PS Barito Putera), ada juga Guru Bawai Marabahan,dan ada juga Ummi Uway(istri Abah Guru Sekumpul), tapi tak berapa lama, Ummi Uway permisi mau tidur, mengantuk sekali kata beliau.
Sekitar pukul 11 malam, alfaqir tertidur dipaha kakek alfaqir. Yang lainnya masih asyik bincang-bincang
dengan Abah Guru Sekumpul, sambil minum
kopi dan merokok.Tidak berapa lama, Abah Guru Sakumpul masuk ke kamar beliau, sementara
yang lainnya masih menunggu di luar.
Ada sekitar 10 menitanAbah Guru Sekumpul berada didalam kamar beliau sebelum akhirnya keluar.Tapi baju kaos putih dan sarung putihyang tadinya bersih berubah jadi kotor, seperti habis terkena air, sarung beliau basah kuyup.
Lalu beliau ditanyai oleh Guru Sufiannur, “Kenapa baju dan sarung sampeyan basah bah?” Dijawab Abah Guru,”Aku tadi menolongi kawan di Keraton rumahnya terbakar.”Tapi yang lainnya melihat abah Gurutidak ada keluar melainkan cuman masuk kamar saja. Dari Sekumpul Martapura, jarak kalau ke Keraton itu lumayan jauh, kurang labih 2 kilometer.Keraton adalah salah satu kelurahan di Kota Martapura (ibukota Kab Banjar, Kalsel), dimana dulu Abah Guru memulai pengajiannya sebelum hijrah ke Sekumpul. Sekumpul sendiri adalah nama sebuah desa di luar Kota Martapura yg kemudian dijadikan basis pengajian abah Guru hingga beliau wafat.
Tidak berapa lama Abah Guru permisi untuk mandi dan berganti baju.Setelah selesai berganti baju, guru kaka HMukhlis as menanyai beliau,“Rumah siapa tadi yang terbakar Guru?”Dijawab Abah Guru Sekumpul, “Rumah kawanku waktu sekelas diPonpes Darussalam,” kata beliau.
Besoknya ada kawan kakek alfaqir di Keraton mengatakan kepada Kakek alfaqir, tadi adaAbah Guru Sekumpul ikut memadamkan api saat terjadi kebakaran. Beliau ikut menyiramkan air, setelah itu, tidak berapa lama, apinya pun padam.Ujar kakek alfaqir dalam hati,padahal tadi malam, Abah Guru Sekumpul ada dirumah saja, kapan beliau kesananya (ke Keraton), gumam kakek alfaqir penuh Tanya. Pantesan, baju dan sarung Abah Guru basah.
Ujar (alm) Guru Sufiannur dulu,kalau seorang wali itu,
bisa saja membagi badannya kemana saja beliau mau.Tapi ada syaikh tarbiyahnya
yang mambimbing untuk tindakan membagi badan tsb.Kesana kemari atas izin syaikh
tarbiyah itu.Seperti Mbah Sholeh,bisa membagi badannya sampai 9x mati, setelah
itu hidup kembali, padahal Mbah Sholeh Cuma seorang tukang sapu masjid saja.Syaikh
tarbiyahnya Mbah adalah Sunan Ampel.
Kalau Abah Guru Sekumpul, ujar Guru Sufiannur, syaikh tarbiyah beliau adalah Julak (Guru Semman Mulya, paman sekaligus paguruan Abah Guru Sekumpul), mau ke mana saja Abah Guru, pasti harus ada izin dari Julak. Melatihnya susah banget kalau mau mambagi badan seperti Abah Guru itu, harus mancapai derajat kewalian dulu,dan harus manjalani suluk.
Pernah suatu kali Abah Guru Sekumpul berpesan, kalau aku mati ujar beliau, nanti yang menggantikan aku, yang membacakan pengajian di Sekumpul adalah sepupuku, Guru Sufiannur Keraton (kaponakan Julak Semman juga ujar beliau).Kitabnya ujar Abah Guru terserah Guru Sufiansaja,yang dirasa enak olehnya.Tapi guru Sufiannur tidak bersedia atas tawaran Guru Sekumpul tsb karena tidak sanggup menduduki derajat paguruan meskipun disuruh sepupu beliau sendiri (Abah Guru Sekumpul).
Makanya,
di Sekumpul, setelahAbah Guru wafat, tidak ada yang berani menggantikan beliau
memimpin pengajian, baik itu di
pengajian hari Minggu sore setelah shalat ashar (pengajian laki2) dan pangajian
jamaah perempuan setiap Sabtu pagi.
Pasan guru Sufiannur dahulu masih diingat oleh alfaqir, ujar beliau, kamu cukup sayangi wali saja, karena kalau sayang dan cinta dengan wali maka kamu nantinya akan jadi wali juga. Kalau tidak kamu yg jadi wali, bisa jadi anakmu, kalau tidak juga, bisa jadi cucumu yang jadi, demikian seterusnya sampai ke bawah.Pokoknya pasti ada juriat keturunan kamu yang jadi wali, asal bermodal cinta saja dengan wali. (ayooha.com)
Sumber akun FB Ahbab Muhammad
(dengan beberapa editing & pengayaan dari JAGS)