Untuk mengetahui bagaimana bacaan muridnya ini, Tuan Guru Aini meminta Guru Sekumpul membacakan surah Al-Fatihah. Guru Sekumpul pun lalu membaca Fatihah dengan suara beliau yang merdu.
Mendengar ini sang Tuan Guru menangis tersedu-sedu. Usai membaca Fatihah, Guru Sekumpul menanyakan sebab Gurunya itu menangis. Tuan Guru KH. Muhammad Aini menjelaskan :
“Seumur hidupku, aku belum pernah mendengar bacaan Fatihah sebagus yang ikam ( kamu ) bacakan tadi”
Selama sekitar seminggu disana, Guru Zaini muda diajak mendampingi Tuan Guru Aini menghadiri beberapa acara keagamaan. Seringkali Guru Sekumpul diminta untuk membacakan ayat suci Al-Qur’an, dan mengikuti acara maulid di berbagai tempat.
Setelah dirasa cukup belajar kepada Gurunya, Guru Sekumpul pun mohon pamit dan minta izin untuk pulang ke Martapura. Sang Guru mengizinkan, hanya saja saat itu sudah sore, kemungkinan mobil tumpangan ke Martapura atau arah Banjarmasin tidak ada. Namun Guru Zaini muda meyakinkan gurunya, bahwa mobil insya Allah ada.
Saat itu sudah sore, Sang Guru mengantar Guru Sekumpul dari rumahnya ke tepi jalan raya A Yani. Sesampai di tepi jalan raya, tak diduga tiba-tiba berhenti sebuah mobil, Guru Sekumpul pun pamit dan masuk.
Belum jauh mobil itu berjalan dari berdirinya Sang Guru, mobil itu melesat, menghilang entah ke mana, seperti tak berbekas. (ayooha.com)
Sumber: Salah seorang muhibbin Sekumpul via
Sholahuddin Al-Fauz Martapura