Guru Sekumpul pun lalu membaca Fatihah dengan suara beliau yang merdu. Mendengar ini sang Tuan Guru menangis
tersedu-sedu.
SUATU saat, atas saran Tuan Guru KH. Ahmad Zaini, orang tua KH. Badruddin (Guru Ibad) Martapura, Guru Zaini muda yang saat itu masih sebagai santri Pesantren Darussalam, diminta untuk memperdalam ilmu Tajwid kepada seorang yang dianggap pakar dan ahli dalam bidangnya.
Tuan Guru KH. Muhammad Zaini bin H Abdul Ghoni (Abah Guru Sekumpul) menuju/ditujukan kepada seorang yang dikenal Qari, Hafizh dan memiliki suara merdu yang khas yaitu Tuan Guru KH. Muhammad Aini, yang tinggal di Desa Pandai, Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalsel.
Di hari yang ditentukan berangkatlah Guru Sekumpul dengan menumpang bis dari Martapura menuju Kandangan. Perjalanan saat itu cukup melelahkan, karena masa itu jalan tidak semulus sekarang.
Beberapa jam diperjalanan akhirnya Guru Sekumpul tiba juga di kota dodol ini, dan langsung menuju ke rumah sang Guru. Ketika bertemu Tuan Guru Aini, Guru Sekumpul muda ditanya bermacam alasan kenapa sampai belajar ke Kandangan ini.
Namun semua pertanyaan itu dijawab Guru Sekumpul dengan sempurna dan memuaskan, sehingga Tuan Guru KH. Muhammad Aini akhirnya bersedia untuk mengajari Guru Sekumpul.