GEDUNG BIOSKOP GELAP GULITA
Mereka berdua melewati jalan menuju pusat Kota Martapura. Sesampai di Jalan Kayu Tangi, keduanya membelokkan langkah ke sebuah tempat yang telah ramai dikerumuni orang yaitu loket penjualan tiket masuk ke bioskop Kayu Tangi .
Setelah membeli dua tiket itu, pamannya menggandeng Qusyairi menuju ke arah penjaga pintu. Kemudian mereka masuk ke dalam gedung yang gelap. Jauh di muka nampak layar putih disoroti cahaya menimbulkan siluet gambar hidup, tampaknya sebentar lagi tayangan utama akan dimulai.
Qusyairi yang sebelumnya tak pernah tahu tentang bioskop hanya bisa terpaku di tempat duduknya. Matanya tak sedikitpun berkedip mengarah pada film yang sedang ditayangkan. Tak berapa lama mendadak semua berubah menjadi gelap-gulita. Suasana mulai gaduh, terdengar suara makian sambung menyambung dari kiri kanan bahkan dari seluruh penjuru gedung.
“Maaf para penonton, tayangan tidak bisa dilanjutkan berhubung mesin pemutar film rusak.” Akhirnya pertunjukan filmnya tidak bisa dilanjutkan dan para penonton keluar dengan bersesak-sesakan sambil menyimpan rasa kecewa di hati.
Ini suatu kejadian masa kecil Qusyairi dijauhkan dari perkara-perkara yang tidak baik menurut agama. Tak lama setelah itu, gedung bioskop Kayu Tangi terbakar bersamaan dengan kebakaran besar yang melanda pasar terbesar di Kabupaten Banjar itu. Sejak kebakaran itu, gedung bioskop itu tidak pernah lagi didirikan hingga sekarang kota Martapura terbebas dari tempat memutar jenis film itu.
Sering abah guru berkata ,“Ini batis kiriku bengkak gara-gara dulu waktu kecil bisa masuk bioskop kayu tangi di Martapura.“ Padahal belum sempat menonton filmnya saja sudah begitu yang dirasakan Abah Guru kifaratnya dan itu diakui sendiri oleh beliau… Subhanallah.
DIAJAK NENEK NONTON LAYAR TANCAP ………. langsung baca di sebelah.