Tidak Mau Disusui di Depan Umum, Mengisap Lidah Ulama (Qusyairi Semasa Bayi) - Page 2 of 4 - ayooha.com ! Portal Berita Banua Terkini

ayooha.com ! Portal Berita Banua Terkini

Tidak Mau Disusui di Depan Umum, Mengisap Lidah Ulama (Qusyairi Semasa Bayi)

  • Sabtu, 2 Februari 2019 | 07:07
  • Dibaca : 1137 kali
Tidak Mau Disusui di Depan Umum, Mengisap Lidah Ulama (Qusyairi Semasa Bayi)
Abah Guru Sekumpul waktu muda. foto istimewa

TIDAK MENANGIS SAAT DILAHIRKAN

Baru beberapa hari tinggal di Desa Tunggul Irang Seberang, tibalah waktunya Masliyah akan melahirkan anaknya. Di kala malam bertambah larut, waktu yang terbaik untuk munajat kepada Sang Khalik, ketika angin bertiup lembut, Masliyah melahirkan bayinya yang pertama.

Malam itu, tepatnya Rabu tanggal 27 Muharram 1361 H bertepatan dengan 11 Februari 1942 M, seorang bayi laki-laki mungil lagi montok telah lahir, berkat bantuan seorang bidan yang bernama Datu Anjang. Beliau adalah nenek Tuan Guru Husein Dahlan yang merupakan sepupu dua kali dengan Masliyah.

Sekalipun kehadiran bayi tersebut di malam hari yang kelam, sekelam dan sepekat nasib negeri dan bangsa ini ketika itu, namun betapa bahagia dan bersyukurnya sang ayah, apalagi bagi sang ibu yang telah mengandungnya selama lebih sembilan bulan lamanya.

Sungguh di luar dugaan, bayi yang baru lahir di saat orang-orang sedang terlelap dalam tidurnya, seharusnya terjaga akibat mendengar tangisannya, sebagaimana layaknya bayi-bayi lain yang baru lahir, ternyata sang bayi tidak menangis, hanya diam tidak sedikitpun mengeluarkan suara.

Matanya tertutup, seperti tidak ada tanda kehidupan. Kejadian itu berlangsung selama hampir satu jam lamanya. Warna kulit badannya sudah mulai membiru. Berbagai macam usaha sudah dicoba, namun bayi itu masih diam, tak ada jerit tangis, sampai-sampai neneknya Salbiyah yang juga hadir saat kelahiran bayi tersebut berkata :
Mati jua cucuku…?”

KH Abdurrahman alias Tuan Guru Adu, Tunggul Irang. foto istimewa

Bayi yang keadaannya membuat cemas itu kemudian dibawa pergi ke rumah Tuan Guru H Abdurrahman untuk mendapatkan pertolongan. Setibanya di hadapan Tuan Guru H Adu, bayi tersebut dipeluk dan ditiupi beliau dengan do’a-do’a, hingga akhirnya samar-samar mulai tampak tanda-tanda kehidupan.  Nafas sang bayi mulai turun naik, warna kulitnya berangsur-angsur menjadi kemerah-merahan, dan tangisnya pun mulai terdengar.

Sejak tangis sang bayi sudah mulai terdengar, syukur dan puji dihaturkan keharibaan Allah yang Maha Kuasa, sebab Dia-lah yang menghidupkan dan Dia pula yang mematikan, Dia-lah yang merubah dari gelap menjadi terang. Bayi yang tangisannya mulai terdengar, pertanda haus dan lapar telah merasuki perasaannya, maka sang bayi pun diserahkan kepada ibunya yang akan menyusuinya, membelainya dengan sentuhan lembut, serta memberikan perhatian dengan kasih dan sayang.

Bayi yang berada dalam pelukan ibunya terus menangis, hingga keluarga yang hadir ikut berusaha untuk membuatnya terlena dalam pangkuan ibunya. Ibunya berusaha memberikan air susu. Namun tetaplah bayi tersebut menangis. Begitulah seterusnya, bayi tersebut selalu menolak saat diberikan air susu ibunya, apalagi minuman lain. Setelah berjam-jam menangis, bayi yang baru lahir tersebut akhirnya dibawa lagi kepada Tuan Guru H Adu untuk meminta kembali bantuan beliau.

Mengisap Lidah Tuan Guru Adu.. baca di sebelah

Baca Juga :  FPI Perketat Pengamanan Imam Besar Mereka, "Ada yang Ingin Habisi Habib Rizieq"

Facebook Comments

Theme Wordpress Untuk Portal berita Professional