MURID TEMUI PAGURUAN
Suatu waktu di Pelaihari, saya diundang acara shalat hajat oleh Guru H Hasyim, salah satu ulama tuha, tuan guru panutan di Tanah Laut. Beliau ingin berangkat haji bersama istri beliau Hj Noor Sabah. Istri beliau ini adalah cucu dari KH Ahmad Nawawi Panjaratan, ulama terkenal di seantero tanah laut.
Begitu datang, para tamu undangan sudah memenuhi rumah guru Hasyim, memang datangnya saya agak telat karena kesibukan urusan kantor. Beruntung, saya mendapat jatah shaf paling belakang, menghadap dinding rumah. Selesai shalat maghrib berjamaah, dilanjutkan dengan shalat hajat.
Usai salam, saya terkejut. Bayangan utuh tubuh Guru Sekumpul muncul sekelebat di depan saya, dalam hitungan detik. Saya berdiam saja, sambil mengucap salam kepada syaikhona. Selain kaget dan takjub, peristiwa itu membekas banget, menimbulkan tanya di hati, apa gerangan saya salah atau apa ada yang ingin syaikhona sampaikan.
Usai acara, saya sampiri H Akhmad, salah satu putra Guru Hasyim. Lalu saya ceritakanlah peristiwa yang dialami barusan dilanjutkan dengan pertanyaan apa ada hubungan antara ayahanda beliau dengan Guru Sekumpul. Untuk menjawab rasa penasaran saya.
Meski datar, saya dibuat kaget juga dengan jawabannya. Ternyata Guru Hasyim adalah guru mengaji Guru Sekumpul takkala syaikhona masih muda. Hati saya langsung bicara, “Cocok saja Guru Sekumpul hadir karena yang punya hajatan adalah Guru syaikhona.”